Monday, October 22, 2007

Ajari Aku menulis lagi Bu........

Siapapun dari kita yang sekarang ini telah lulus dari bangku sekolah, besar, kemudian bekerja dan menjadi dewasa, tentu kalau tidak alasan khusus,pernah belajar menulis....a,b,c,d, dst.
ketika kecil dulu, saya masih teringat sekali, betapa bangga dan gembiranya kalau disuruh membaca buku, bahkan apapun kita baca.
tetapi disisi lain, pada waktu guru, orang tua, kakak atau siapapun menyuruh kita untuk menulis, menadadak macet, tidak ada kalimat yang muncul dalam pikiran kita. Apa yang akan ditulis ????
lalu muncul semacam sepontanitas masa kanak-kanak dulu, khas anak SD, yaitu ketika menulis selalu dimulai dengan kalimat : "pagi-pagi saya bangun tidur....terus....kemudian...terus...dst" atau "pada suatu hari....pagi-pagi...terus...kemudian....dst". Hal ini "wajar"
kata Ibu Sum, guru SD saya dulu, karena katanya setiap orang belum tentu bisa mengungkapkan isi hati dan isi otaknya dalam bentuk tulisan. Permakluman dengan kata "wajar" tadi, terbawa oleh saya sampai sekarang ini (sungguh hebat Bu Sum itu), sehingga sampai saat ini pun saya tidak bisa menulis apa yang seharusnya saya tulis. Kadang-kadang banyak ide dan rencana untuk ditulis, tetapi lagi-lagi terngiang-ngiang kalimat yang disampaikan Bu Sum....itu "wajar", dan akhirnya saya kembali "impoten", tidak bisa menulis lagi, lagi dan lagi.
Waktu berjalan terus, saya ingin mencari obat atas kata "wajar" yang disampaikan Bu Sum, saya pulang kampung untuk menemui beliau, tapi....Innalillahi wa Innailaihi rajiuun, Bu Sum sudah 5 tahun meninggalkan dunia, dan akhirnya saya belajar menulis sendiri, dan setiap kali terdengar kata "wajar" langsung telinga otakku kututup, supaya lancar menulis.
Tulisan ini saya peruntukkan untuk Bu Guruku, Ibu Sum, ya Ibu Sumirat Kusumawinata yang telah mengajariku huruf a,b,c dan d, semoga beliau masih bisa membacanya...........
Bu, ini muridmu yang sedang belajar menulis kembali, ajari aku lagi menulis Bu.....

Limus, 10 Syawal 1428 H

Wednesday, March 21, 2007

Keputusan

Keputusan, adalah kata yang kerap kita dengar dalam rapat-rapat organisasi dan perusahaan. Malah ada yang bilang, ..."kita dibayar mahal karena keputusan yang kita buat..." apakah betul ?
Tetapi setiap kita tahu, setiap keputusan yang diambil selalu ada resiko.
Dari mulai hal-hal yang sederhana sampai yang kompleks.
Keputusan untuk bangun tidur di pagi buta, selalu disertai resiko masih mengantuk.
Keputusan mandi dengan air dingin, ada resiko mengigil di pagi buta.
Di kantor, keputusan untuk menentukan hal apa yang akan dikerjakan, juga mengandung resiko.
Pada suatu saat, ketika memutuskan untuk beralih profesi atau beralih tempat berkarya, juga mengandung resiko.
Jadi kenyataannya resiko selalu ada, apakah ketika kita diam ataupun beraksi. Yang penting bagaimana kita menyikapi resiko itu.
Berani mengambil resiko, berarti berani mengambil keputusan, berarti berani menghadapi perubahan, berarti berani hidup !

wassalam,