Pada saat musim dingin hampir menjelang, sekumpulan burung Canada memutuskan untuk bermigrasi dari belahan bumi bagian utara ke selatan. Namun dalam perjalanan, tiba-tiba salah satu dari burung tersebut berkata ,” Aku pasti bisa menghadapi musim dingin kali ini, bukankah banyak hewan lain yang mampu melewatinya. Jadi mengapa harus pindah ?”. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke tempatnya semula dan tetap tinggal dalam dekapan musim dingin yang semakin menusuk.
Di saat musim dingin telah berjalan lebih dari satu bulan, ternyata dinginnya menjadi bertambah menusuk tubuhnya. Ia tidak pernah merasakan kedinginan yang luar biasa seperti saat ini. Tidak hanya itu, diapun tidak berhasil mendapatkan makanan barang secuilpun. Akhirnya dia sadar bahwa untuk bisa tetap bertahan hidup, ia harus terbang ke Selatan. Maka terbanglah burung tersebut ke arah selatan dengan susah payahnya karena menahan dingin.
Setelah beberapa saat terbang, tiba-tiba turunlah hujan. Tetesan air hujan di musim salju ini ternyata telah membuat sayap-sayapnya menjadi kaku karena air hujan tadi telah menjadi butir-butir es yang membeku. Diapun sadar dan memutuskan untuk menghentikan perjalanannya karena suasana yang dingin akan membuatnya bisa menjadi mati.
Burung tersebut kemudian mendarat di kandang sapi. Saat sedang kelelahan, tiba-tiba lewatlah seekor sapi dan dengan seenaknya membuang kotorannya persis di tubuh si burung tersebut. Dengan kesalnya sang burung berkata , “ Sialan, sudah jatuh, tertimpa tangga pula.” Namun dua menit kemudian, dia merasakan kehangatan yang luar biasa di seluruh tubuhnya, dan butiran-butiran es yang melekat di tubuhnya menjadi meleleh. Otot-ototnya tidak lagi kaku dan mulai dapat digerakkan. Dia mulai melupakan bau kotoran yang melekat di tubuhnya, dan dengan riangnya iapun bernyanyi.
Saat itulah seekor kucing tua tiba-tiba muncul dan langsung menerkam sang burung. Akhirnya matilah burung tersebut di tangan kucing. Tamatlah riwayatnya !!! (Kiriman ASE-Palembang)
Di saat musim dingin telah berjalan lebih dari satu bulan, ternyata dinginnya menjadi bertambah menusuk tubuhnya. Ia tidak pernah merasakan kedinginan yang luar biasa seperti saat ini. Tidak hanya itu, diapun tidak berhasil mendapatkan makanan barang secuilpun. Akhirnya dia sadar bahwa untuk bisa tetap bertahan hidup, ia harus terbang ke Selatan. Maka terbanglah burung tersebut ke arah selatan dengan susah payahnya karena menahan dingin.
Setelah beberapa saat terbang, tiba-tiba turunlah hujan. Tetesan air hujan di musim salju ini ternyata telah membuat sayap-sayapnya menjadi kaku karena air hujan tadi telah menjadi butir-butir es yang membeku. Diapun sadar dan memutuskan untuk menghentikan perjalanannya karena suasana yang dingin akan membuatnya bisa menjadi mati.
Burung tersebut kemudian mendarat di kandang sapi. Saat sedang kelelahan, tiba-tiba lewatlah seekor sapi dan dengan seenaknya membuang kotorannya persis di tubuh si burung tersebut. Dengan kesalnya sang burung berkata , “ Sialan, sudah jatuh, tertimpa tangga pula.” Namun dua menit kemudian, dia merasakan kehangatan yang luar biasa di seluruh tubuhnya, dan butiran-butiran es yang melekat di tubuhnya menjadi meleleh. Otot-ototnya tidak lagi kaku dan mulai dapat digerakkan. Dia mulai melupakan bau kotoran yang melekat di tubuhnya, dan dengan riangnya iapun bernyanyi.
Saat itulah seekor kucing tua tiba-tiba muncul dan langsung menerkam sang burung. Akhirnya matilah burung tersebut di tangan kucing. Tamatlah riwayatnya !!! (Kiriman ASE-Palembang)